Rabu, 29 Agustus 2012

Otitis Media


a.       Pengertian
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah., tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (= otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME). Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain disebut otitis media adhesive.
Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah (Djaafar ZA, 2001). 
I.                   Otitis Media Akut
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di daerah nasofaring dan faring. Secara fisiologik nterdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibody.
Otitis media akut (OMA) biasanya terjadi karena factor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan factor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.
Selain itu, pencetus lain adalah infeksi saluran napas atas. Pada anak, makin sering anak terkena infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya agak horizontal, dan juga adenoid  pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa
Patologi
Kuman utama penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang ditemukan juga Hemofilus influenza, Escherichia colli, Streptokokus unhemolitikus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas aurugenosa. Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak dibawah 5 tahun.

Stadium OMA
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium :
1.      Oklusi tuba Eustachius.
2.      Hiperemis (pre supurasi).
3.      Supurasi.
4.      Perforasi.
5.      Resolusi.
1.      Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Stadium oklusi tuba Eustachius terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi membrana timpani akibat tekanan negatif dalam telinga tengah karena terjadinya absorpsi udara. Selain retraksi, membrana timpani kadang-kadang tetap normal atau hanya berwarna keruh pucat atau terjadi efusi.
Stadium oklusi tuba Eustachius dari otitis media supuratif akut (OMA) sulit kita bedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan virus dan alergi.
2.      Stadium Hiperemis (Pre Supurasi)
Stadium hiperemis (pre supurasi) akibat pelebaran pembuluh darah di membran timpani yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.
3.      Stadium Supurasi
Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen (nanah). Selain itu edema pada mukosa telinga tengah makin hebat dan sel epitel superfisial hancur. Ketiganya menyebabkan terjadinya bulging (penonjolan) membrana timpani ke arah liang telinga luar.
Pasien akan tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat dan rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Anak selalu gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak.
Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan ruptur membran timpani akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan. Nekrosis ini disebabkan oleh terjadinya iskemia akibat tekanan kapiler membran timpani karena penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil.
Keadaan stadium supurasi dapat kita tangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan dengan membuat luka insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan mudah menutup kembali sedangkan ruptur lebih sulit menutup kembali. Bahkan membran timpani bisa tidak menutup kembali jika membran timpani tidak utuh lagi.
4.      Stadium Perforasi
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.
Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu menurun dan bisa tidur nyenyak. Jika membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret (nanah) tetap berlangsung selama lebih 3 minggu maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih 1,5-2 bulan maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (OMSK).
5.      Stadium Resolusi
Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Stadium ini berlangsung jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah. Stadium ini didahului oleh sekret yang berkurang sampai mengering.
Apabila stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik (OMSK). Kegagalan stadium ini berupa membran timpani tetap perforasi dan sekret tetap keluar secara terus-menerus atau hilang timbul. Otitis media supuratif akut (OMA) dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami perforasi membran timpani.


Gejala Klinik OMA
Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit dan umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh menurun pada stadium perforasi.

Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) berdasarkan umur penderita, yaitu :
-      Bayi dan anak kecil. Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 390C (khas pada stadium supurasi), sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit. Jika terjadi rupture membrane timpani, maka secret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh menurun dan anak tertidur tenang.
-      Anak yang sudah bisa bicara. Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh tinggi, dan riwayat batuk pilek.
-      Anak lebih besar dan orang dewasa. Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran (rasa penuh dan pendengaran berkurang).

Terapi
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.
-      Oklusi tuba Eustachius. Terapinya : obat tetes hidung & antibiotik.
-      Hiperemis (pre supurasi). Terapinya : antibiotik, obat tetes hidung, analgetik & miringotomi.
-      Supurasi. Terapinya : antibiotik & miringotomi.
-      Perforasi. Terapinya : antibiotik & obat cuci telinga.
-      Resolusi. Terapinya : antibiotik.

·         Aturan pemberian obat tetes hidung :
Bahan. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia dibawah 12 tahun. HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia diatas 12 tahun dan orang dewasa.
Tujuan. Untuk membuka kembali tuba Eustachius yang tersumbat sehingga tekanan negatif dalam telinga tengah akan hilang.
·         Aturan pemberian obat antibiotik :
-      Stadium oklusi. Berikan pada otitis media yang disebabkan kuman bukan otitis media yang disebabkan virus dan alergi (otitis media serosa).
-      Stadium hiperemis (pre supurasi). Berikan golongan penisilin atau ampisilin selama minimal 7 hari. Golongan eritromisin dapat kita gunakan jika terjadi alergi penisilin. Penisilin intramuskuler (IM) sebagai terapi awal untuk mencapai konsentrasi adekuat dalam darah. Hal ini untuk mencegah terjadinya mastoiditis, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Berikan ampisilin 50-100 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 4 dosis, amoksisilin atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 3 dosis pada pasien anak.
-      Stadium resolusi. Lanjutkan pemberiannya sampai 3 minggu bila tidak terjadi resolusi. Tidak terjadinya resolusi dapat disebabkan berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Curigai telah terjadi mastoiditis jika sekret masih banyak setelah kita berikan antibiotik selama 3 minggu.
·         Aturan tindakan miringotomi :
-      Stadium hiperemis (pre supurasi). Bisa kita lakukan bila terlihat hiperemis difus.
-      Stadium supurasi. Lakukan jika membran timpani masih utuh. Keuntungannya yaitu gejala klinik lebih cepat hilang dan ruptur membran timpani dapat kita hindari.
·         Aturan pemberian obat cuci telinga :
Bahan. Berikan H2O22 3% selama 3-5 hari.
Efek. Bersama pemberian antibiotik yang adekuat, sekret akan hilang dan perforasi membran timpani akan menutup kembali dalam 7-10 hari.

Komplikasi Otitis Media Supuratif Akut (OMA)
Ada 3 komplikasi otitis media supuratif akut (OMA), yaitu :
·         Abses subperiosteal.
·         Meningitis.
·         Abses otak.
Dewasa ini, ketiga komplikasi diatas lebih banyak disebabkan oleh otitis media supuratif kronik (OMSK) karena maraknya pemberian antibiotik pada pasien otitis media supuratif akut (OMA).

I.          OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
Otitis media supuratif kronik (OMSK), dahulu disebut otitis media perforata (OMP) atau dalam keseharian disebut congek.
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan secret yang keluar dari telinga terus menerus atau hilang timbul. Secret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

Perjalanan penyakit
            Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis meia supuratif kronis apabila prosesnya sudah leih dari 2 bulan. Bila kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut.
            Beberapa factor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk.
Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan jenis/ tipe OMSK. Perforasi sentral adalah pada pars tensa dan sekitar dari sisa membran timpani atau sekurang-kurangnya pada annulus. Defek dapat ditemukan seperti pada anterior, posterior, inferior atau subtotal. Menurut Ramalingam bahwa OMSK adalah peradangan kronis lapisan mukoperiosteum dari middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan patologis yang ireversibe. Perforasi marginal, terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom. Perforasi atik terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.

Jenis OMSK
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :
1.      Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen = tipe mukosa.
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit.
Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:
1.1.  Penyakit aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen.

1.2.  Penyakit tidak aktif
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.

2.      Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :
a. Kongenital
b. Didapat.
Pada umumnya kolesteatom terdapat pada otitis media kronik dengan perforasi marginal. teori itu adalah:
1. Epitel dari liang telinga masuk melalui perforasi kedalam kavum timpani dan disini ia membentuk kolesteatom ( migration teori menurut Hartmann); epitel yang masuk menjadi nekrotis, terangkat keatas.
2. Embrional sudah ada pulau-pulau kecil dan ini yang akan menjadi kolesteatom.
3. Mukosa dari kavum timpani mengadakan metaplasia oleh karena infeksi (metaplasia teori menurut Wendt).
4. Ada pula kolesteatom yang letaknya pada pars plasida ( attic retraction cholesteatom).

 Tabel Perbedaan Antara Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Benigna & Maligna

Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometric nada murni, audiometric tutur (speech audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked response audiometry) bagi pasien/anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometric nada murni.
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman dari secret telinga.


Gejala Klinis
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2.      Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat
3.      Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.
4.      Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna
Mengingat OMSK tipe bahaya sering kali menimbulkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat ditegakkan di kamar operasi, namun beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman akan adnaya OMSK tipe bahaya, yaitu perforasi pada marginal atau pada atik yang merupakan tanda dini pada OMSK tipe bahaya, sedangkan pada kasus yang lebih lanjut dapat terlihat :
1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular
2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.
3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)
4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

Terapi OMSK
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama dan harus berulang-ulang. Terapi terdiri dari terapi konservatif, medikamentosa hingga tindakan operatif bergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi.

 OMSK Benigna Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
Bila secret keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga berupa H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah secret berkurang maka terapi dilanjutkan dengan tetes telinga yang mengandung antibiotic dan kortikosteroid. Untuk menghindari efek ototoksik antibiotic, penggunaannya dianjurkan tidak secara terus menerus lebih dari 1 minggu atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Antibiotik oral diberikan dari golongan ampisilin atau eritromisin. Bila dicurigai bakteri penyebab resisten terhadap ampisilin, maka dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.


OMSK Benigna Aktif
Prinsip pengobatan OMSK adalah:
1.Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.
2.Pemberian antibiotika : topikal antibiotik ( antimikroba) ataupun sistemik.
Bubuk telinga yang digunakan seperti:
a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine
b. Terramycin.
c. Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg
Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif yang dikombinasi dengan pembersihan telinga.
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah3 :
1.      Polimiksin B atau polimiksin E
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.
2.      Neomisin
Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal dan telinga.
3.      Kloramfenikol
Obat ini bersifat bakterisid
Pemberian antibiotik sistemik  Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut. Antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam.  Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah .
- Pseudomonas : Aminoglikosida ± karbenisilin
- P. mirabilis : Ampisilin atau sefalosforin
- P. morganii, P. vulgaris : Aminoglikosida ± Karbenisilin
- Klebsiella : Sefalosforin atau aminoglikosida
- E. coli : Ampisilin atau sefalosforin
- S. Aureus Anti-stafilikokus : penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida
- Streptokokus : Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida
- B. fragilis : Klindamisin
Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat derivat asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi III ( sefotaksim, seftazidinm dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK. Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing dkk metronidazol dapat diberikan dengan dan tanpa antibiotik ( sefaleksin dan kotrimoksasol) pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu1,2,6.

OMSK Maligna
Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:
1.Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)
2.Mastoidektomi radikal
3.Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
4.Miringoplasti
5.Timpanoplasti
6.Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach tympanoplasty)
Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran. Pedoman umum pengobatan penderita OMSK adalah Algoritma berikut.
Komplikasi
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
A. Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)
C. Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis
Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3 macam lintasan :
1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak
2. Menembus selaput otak.
3. Masuk kejaringan otak.

II.          OTITIS MEDIA NON SUPURATIF
Disebut juga otitis media serosa, otitis media efusi, otitis media sekretoria, otitis media mucois (glue ear).
Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya secret yang nonpurulen di telinga tengah, sedangkan membrane timpani utuh. Adanya cairan di telinga tengah dengan membrane timpani yang utuh disebut otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear). Otitis media serosa terjadi terutama akibat transudat yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tangah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan yang ada ditelinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat pada mukosa telinga tengah, tuba Eustachius dan rongga mastoid. Faktor utama yang berperan adalah terganggunya tuba Eustachius. Factor lain dapat berupa hipertrofi adenoid, adenoiditis, sumbing palatum (cleft-palate), tumor di nasofaring, barotraumas, sinusitis, rhinitis, defisiensi imunologik atau metabolic, dan juga alergik
Otitis media serosa dapat dibagi menjadi dua jenis; otitis media serosa akut dan otitis media serosa kronik.
-      Otitis Media Serosa Akut
Merupakan keadaan terbentuknya secret di telinga secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Penyebabnya antara lain sumbatan tuba (barotrauma), virus, alergi dan idiopatik.
Gejala yang menonjol biasanya pendengaran yang berkurang, selain itu ada rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit. Kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak di dalam telinga dengan perubahan posisi. Rasa nyeri relative. Vertigo kadang dalam bentuk ringan. Dengan otoskop terlihat retraksi membrane timpani. Kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani. Tuli konduktif dapat dibuktikan dengan garpu tala.
Pengobatan dapat dengan medikamentosa dan pembedahan. Dapat diberikan tetes hidung (vasokontriktor lokal), anti histamine, serta perasat valsava. Bila gejala masih menetap setelah 1–2 minggu, dilakukan miringotomi, dan apabila belum mebaik dengan miringotomi dapat ditambahkan pemasangan pipa ventilasi (Grommet). 
-      Otitis Media Serosa Kronik (glue ear)
Pada keadaan kronis secret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.
Otitis media kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media serosa akut lebih sering pada orang dewasa. Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari OMA yang tidak sembuh sempurna. Penyebab lain diduga adanya hubungan dengan infeksi virus, keadaan alergi atau gangguan mekanis pada tuba.
Gejala klinis yang menonjol adalah perasaan tuli, oleh karena adanya secret yang kental. Pada otoskopi terlihat membrane timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan atau keabu-abuan.
Pengobatan  yang harus dilakukan adalah mengeluarkan secret dengan miringotomi dan memasang pipa ventilasi. Pengobatan dengan medikamentosa dianjurkan selama 3 bulan, apabila tidak berhasil baru dilakukan tindakan operasi.

III.       OTITIS MEDIA ADHESIVA
Otitis media adhesive adalah keadaan terjadinya jaringa fibrosis di telinga tengah sebagai akibat proses peradangan yang berlangsung lama sebelumnya. Keadaan ini dapat merupakan komplikasi dari otitis media supuratif maupun non supuratif yang menyebabkan rusaknya telinga tengah. Saat penyembuhan terbentuk jaringan fibrotic yang menyebabkan perlengketan. Pada kasus yang berat dapat juga terjadi angkilosis pada tulang-tulang pendengaran.
Gejala klinik pendengaran berkurang dengan adanya riwayat infeksi telinga sebelumnya, terutama diwaktu masih kecil.
Pada otoskopi, gambaran membrane timpani dapat bervariasi mulai dari sikatrik minimal, suram sampai retraksi berat, disertai bagian-bagian yang atrofi atau ‘timpanosklerosis plaque’ (bagian membrane timpani yang menebal berwarna putih seperti lempeng kapur).


DAFTAR PUSTAKA

1.      Al Fatih, Muhammad Otitis Media Akut, di unduh dari http://hennykartika.wordpress.com/category/telinga/ tanggal 18 Februari 2010 ; 12.31 WIB
2.      Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 49-62
3.      Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 63-73
4.      Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997: 88-118


Tidak ada komentar:

Posting Komentar