Streptomycin (Streptomisin)
Sediaan:
Vial 5 gram
Cara Kerja Obat:
Streptomycin
adalah obat yang termasuk kelompok aminoglycoside. Streptomycin ini
bekerja dengan cara mematikan bakteri sensitif, dengan menghentikan
pemroduksian protein esensial yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan
hidup.
Indikasi:
Untuk mengobati tuberculosis (TB) dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tertentu.
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap aminoglikosida lain.
Dosis:
- Tuberkulosa : 750 mg sehari 3 kali/minggu atau 1,5 gram 2 kali/minggu.
- Infeksi akut : 1-2 gram/hari.
Peringatan dan Perhatian :
- Kerusakan ginjal dan hati.
- Usia lanjut, gizi per oral maupun parenteral jelek.
- Hamil dan menyusui.
Efek Samping :
- Efek ototoxic (bisa menyebabkan ototoxicity yang tidak dapat diubah, berupa kehilangan pendengaran, kepeningan, vertigo);
- Efek
renal (nephrotoxicity yang dapat diubah, gagal ginjal akut dilaporkan
terjadi biasanya ketika obat nephrotoxic lainnya juga diberikan);
- Efek
neuromuskular (penghambatan neuromuskular yang menghasilkan depresi
berturut-turut dan paralisis muskuler); reaksi hipersensitivitas.Pyrazinamide (Pirazinamid)
Tablet 500 mg
Cara Kerja Obat:
Pyrazinamide
(Pirazinamid) merupakan obat antituberkulosis yang digunakan sebagai
terapi kombinasi dengan antituberkulosis (TBC) lainnya. Pirazinamid
aktif terhadap suasana asam terhadap mikobakterium. Pirazinamid bersifat
bakterisid terutama pada basil tuberkulosis intraselular.
Indikasi:
Tuberkulosis, dalam kombinasi dengan obat lain
Kontraindikasi :
- Hipersensitif atau alergi terhadap Pirazinamid
- Gangguan fungsi hati atau gangguan fungsi ginjal
- Hiperurisemia dan atau gout / asam urat
- Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)
- Penderita diabetes
- Wanita hamil
Dosis:
Oral : pengobatan tuberkolosis
Catatan
: Digunakan sebagai bagian dari multidrug regimen. Regimen pengobatan
meliputi fase pengobatan awal 2 bulan, diikuti dengan fase lanjutan 4
hingga 7 bulan; frekuensi dan dosis berbeda tergantung dari fase terapi
1. Anak-anak :
- Terapi harian 15 – 30 mg/kg/hari (maksimum : 2 g/hari)
- Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 50 mg/kg/dosis (maksimal 4 g/dosis)
2. Dewasa :
- Terapi harian 15 – 30 mg/kg/hari
40 – 55 kg : 1000 mg
56 – 75 kg : 1500 mg
76 – 90 kg : 2000 mg
- Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy): 50 mg/kg
40 – 55 kg : 2000 mg
56 – 75 kg : 3000 mg
76 – 90 kg : 4000 mg
- Tiga kali seminggu DOT (directly observed therapy): 25 – 30 mg/kg (maks. 2,5 g)
40 – 55 kg : 1500 mg
56 – 75 kg : 2500 mg
76 – 90 kg : 3000 mg
- Pasien
usia lanjut : mulai dari dosis harian yang lebih rendah (15 mg/kg) dan
ditingkatkan sampai dosis yang masih dapat ditoleransi
Peringatan dan Perhatian :
Kehamilan,
kerusakan hati (monitor fungsi hati) ; diabetes ; gout (dihindari pada
serangan akut). Penggunaan obat pada pasien dengan penyakit hati :
pasien atau keluarganya harus diberitahu tanda-tanda gangguan fungsi
hati , dan menyarankan untuk tidak meneruskan pengobatan dan segera memeriksakan diri jika timbul gejala seperti: mual, muntah, malaise dan jaundice.
Efek Samping :
Hepatotoksisitas,
gout, anemia skleroblastik, intoleransi saluran pencernaan, ulkus
peptikum yang bertambah parah, disuria, perasaan tidak enak badan yang
tidak jelas, demam, urtikaria
Rifampicin
Sediaan:
Kapsul 150 mg
Kapsul 300 mg
Kapsul 450 mg
Kaplet 600 mg
Cara Kerja Obat:
Rifampisina
adalah antibiotika oral yang mempunyai aktivitas bakterisida terhadap
Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium leprae. Mekanisme kerja
rifampisina dengan jalan menghambat kerja enzim DNA-dependent RNA
polymerase yang mengakibatkan sintesa RNA mikroorganisme dihambat. Untuk
mempercepat penyembuhan dan mencegah resistensi kuman selama
pengobatan, rifampisina sebaiknya dikombinasikan dengan antituberkulosis
lain seperti INH atau Etambutol. Dengan antibiotika lain rifampisina
tidak menunjukkan resistensi silang.
Indikasi:
Tuberkulosa, lepra
Kontraindikasi :
- Hipersensitifitas terhadap Rifampisin
- Penderita yang pernah diketahui menderita hepatitis akibat Rifampisin
- Wanita hamil
Dosis:
- Tuberkulosa : sebagai dosis tunggal.
Dewasa : 8-12 mg/kg berat badan atau 600 mg/hari.
Anak-anak : 10-20 mg/kg berat badan/hari.
Maksimal : 600 mg/hari.
Harus diberikan dalam kombinasi dengan obat-obat anti tuberkulosa lainnya.
- Lepra : 450-600 mg sekali sehari dalam kombinasi dengan antilepra lain.
Peringatan dan Perhatian :
- Pemberian Rifampisin kepada penderita-penderita dengan gangguan pada hati harus dilakukan dengan hati-hati.
- Dianjurkan supaya sebelum dan selama pengobatan dilakukan tes terhadap fungsi hati.
- Sebagai obat yang dapat melalui plasenta, Rifampisin tidak dianjurkan untuk dipakai wanita hamil.
- Rifampisin atau metabolitnya dapat mewarnai air seni, tinja, air liur, dahak, keringat, dan air mata menjadi merah jingga.
Efek Samping :
- Efek pada lambung-usus, fungsi hati abnormal, sakit kuning, reaksi demam dengan gejala-gejala seperti flu.
- Perubahan pada fungsi ginjal dan gagal ginjal (akibat hipersensitifitas).
- Reaksi kulit, eosinofilia, leukopenia, trombositopenia, purpura, hemolisis, syok.
- Urin, dahak, air mata berwarna kemerah-merahan, pengotoran lensa kontak.Isoniazid (INH)
Sediaan:
Tablet 300 mg
Cara Kerja Obat:
Isoniazid
atau isonikotinil hidrazid yang disingkat dengan INH. Isoniazid secara
in vitro bersifat tuberkulostatik (menahan perkembangan bakteri) dan
tuberkulosid (membunuh bakteri). Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek
pada lemak, biosintesis asam nukleat,dan glikolisis. Efek utamanya
ialah menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan
unsur penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid menghilangkan sifat
tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terekstrasi oleh metanol
dari mikobakterium. Isoniazid atau INH bekerja dengan menghambat sintesa
asam mikolinat yang merupakan unsur penting pembentukan dindis sel
mikobakterium tuberkulosis. Isoniazid aktif terhadap bakteri M.
tuberculosis, M. bovis, dan beberapa strain M. kansasii.
Indikasi:
- Pengobatan dan pencegahan tuberkulosis, dalam bentuk pengobatan tunggal maupun kombinasi dengan obat tuberkulosis lainnya.
- Pengobatan infeksi mikobakterium non-tuberkulosis.
Kontraindikasi :
- Penderita penyakit hati akut.
- Penderita dengan riwayat kerusakan sel hati disebabkan terapi isoniazid.
- Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap isoniazid.
Dosis:
Oral (bentuk injeksi dapat digunakan untuk pasien yang tidak dapat menggunakan sedÃan oral maupun karena masalah absorbsi)
1. Bayi dan anak-anak :
- Pengobatan
pada LTBI (latent TB infection) : 10 – 20 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis
terbagi (maksimal 300 mg/hari) atau 20 – 40 mg/kg (maksimal 900 mg/
dosis) dua kali seminggu selama 9 bulan
- Pengobatan infeksi TB aktif :
Terapi harian 10 – 15 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi (maksimal 300 mg/hari)
Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 20 – 30 mg/kg (maksimal 900 mg)
2. Dewasa :
Pengobatan
pada LTBI (latent TB infection) : 300 mg/hari atau 900 mg dua kali
seminggu selama 6-9 bulan pada pasien yang tidak menderita HIV (terapi 9
bulan optimal, terapi 6 bulan berkaitan dengan penurunan biaya terapi)
dan 9 bulan pada pasien yang Pengobatan infeksi TB aktif : Terapi harian
5 mg/kg/hari diberikan setiap hari (dosis lazim : 300 mg/hari); 10
mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi pada pasien dengan penyakit
yang telah menyebar. Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) :
5 mg/kg (maksimal 900 mg); terapi 3 kali/minggu : 15 mg/kg (maksimal
900 mg)
Peringatan dan Perhatian :
- Hati-hati
penggunaan Isoniazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan
hati. Pada penderita gangguan fungsi ginjal dosis isoniazid perlu
diturunkan.
- Hati-hati
penggunaan isoniazid pada penderita dengan riwayat psikosis, penderita
dengan risiko neuropati (seperti diabetes melitus), alkoholisme,
malnutrisi, dan penderita HIV.
- Perlu
dilakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum memulai terapi dan selama
terapi perlu dilakukan monitor fungsi hati secara berkala.
- Hati-hati
penggunaan isoniazid pada ibu hamil dan ibu menyusui. Isoniazid
diberikan bila manfaat pengobatan lebih besar dari pada risiko bagi ibu
dan bayi.
Efek Samping :
Efek
samping yang dapat terjadi diantaranya neuritis perifer, neuritis
optik, reaksi psikosis, kejang, mual, muntah, kelelahan, gangguan pada
lambung, gangguan penglihatan, demam, kemerahan kulit, dan defisiensi
vitamin B (pyridoxine). Efek samping yang berpotensi fatal adalah
hepatotoksisitas (gangguan dan kerusakan sel hati).
REFRENSI
- Data Obat Indonesia (DOI), Penerbit PT. Muliapurna Jayaterbit, 2008
- Data Obat Esensial Nasional (DOEN), Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008
- Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006
- Brosur dan kemasan (label) obat
- Berbagai sumber dari internet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar