Selasa, 04 September 2012

OAT

Streptomycin (Streptomisin)


Sediaan:
Vial 5 gram

Cara Kerja Obat:
Streptomycin adalah obat yang termasuk kelompok aminoglycoside. Streptomycin ini bekerja dengan cara mematikan bakteri sensitif, dengan menghentikan pemroduksian protein esensial yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup.

Indikasi:
Untuk mengobati tuberculosis (TB) dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tertentu.

Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap aminoglikosida lain.

Dosis:
-     Tuberkulosa : 750 mg sehari 3 kali/minggu atau 1,5 gram 2 kali/minggu.
-     Infeksi akut : 1-2 gram/hari.

Peringatan dan Perhatian :
-     Kerusakan ginjal dan hati.
-     Usia lanjut, gizi per oral maupun parenteral jelek.
-     Hamil dan menyusui.

Efek Samping :
-     Efek ototoxic (bisa menyebabkan ototoxicity yang tidak dapat diubah, berupa kehilangan pendengaran, kepeningan, vertigo);
-     Efek renal (nephrotoxicity yang dapat diubah, gagal ginjal akut dilaporkan terjadi biasanya ketika obat nephrotoxic lainnya juga diberikan);
-     Efek neuromuskular (penghambatan neuromuskular yang menghasilkan depresi berturut-turut dan paralisis muskuler); reaksi hipersensitivitas.

Pyrazinamide (Pirazinamid)


Sediaan:
Tablet 500 mg

Cara Kerja Obat:
Pyrazinamide (Pirazinamid) merupakan obat antituberkulosis yang digunakan sebagai terapi kombinasi dengan antituberkulosis (TBC) lainnya. Pirazinamid aktif terhadap suasana asam terhadap mikobakterium. Pirazinamid bersifat bakterisid terutama pada basil tuberkulosis intraselular.

Indikasi:
Tuberkulosis, dalam kombinasi dengan obat lain

Kontraindikasi :
-     Hipersensitif atau alergi terhadap Pirazinamid
-     Gangguan fungsi hati atau gangguan fungsi ginjal
-     Hiperurisemia dan atau gout / asam urat
-     Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)
-     Penderita diabetes
-     Wanita hamil

Dosis:
Oral : pengobatan tuberkolosis
Catatan : Digunakan sebagai bagian dari multidrug regimen. Regimen pengobatan meliputi fase pengobatan awal 2 bulan, diikuti dengan fase lanjutan 4 hingga 7 bulan; frekuensi dan dosis berbeda tergantung dari fase terapi
1.  Anak-anak :
-     Terapi harian 15 – 30 mg/kg/hari (maksimum : 2 g/hari)
-     Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 50 mg/kg/dosis (maksimal 4 g/dosis)
2.  Dewasa :
-     Terapi  harian 15 – 30 mg/kg/hari
40 – 55 kg  : 1000 mg
56 – 75 kg  : 1500 mg
76 – 90 kg  : 2000 mg
-     Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy): 50 mg/kg
40 – 55 kg  : 2000 mg
56 – 75 kg  : 3000 mg
76 – 90 kg  : 4000 mg
-     Tiga kali seminggu DOT (directly observed therapy): 25 – 30 mg/kg (maks. 2,5 g)
40 – 55 kg  : 1500 mg
56 – 75 kg  : 2500 mg
76 – 90 kg  : 3000 mg
-     Pasien usia lanjut : mulai dari dosis harian yang lebih rendah (15 mg/kg) dan ditingkatkan sampai dosis yang masih dapat ditoleransi

Peringatan dan Perhatian :
Kehamilan, kerusakan hati (monitor fungsi hati) ; diabetes ; gout (dihindari pada serangan akut). Penggunaan obat pada pasien dengan penyakit hati : pasien atau keluarganya harus diberitahu tanda-tanda gangguan fungsi hati , dan menyarankan untuk tidak meneruskan pengobatan dan segera  memeriksakan diri jika timbul gejala seperti: mual, muntah, malaise dan jaundice.

Efek Samping :
Hepatotoksisitas, gout, anemia skleroblastik, intoleransi saluran pencernaan, ulkus peptikum yang bertambah parah, disuria, perasaan tidak enak badan yang tidak jelas, demam, urtikaria

Rifampicin

 

Sediaan:
Kapsul 150 mg
Kapsul 300 mg
Kapsul 450 mg
Kaplet 600 mg

Cara Kerja Obat:
Rifampisina adalah antibiotika oral yang mempunyai aktivitas bakterisida terhadap Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium leprae. Mekanisme kerja rifampisina dengan jalan menghambat kerja enzim DNA-dependent RNA polymerase yang mengakibatkan sintesa RNA mikroorganisme dihambat. Untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah resistensi kuman selama pengobatan, rifampisina sebaiknya dikombinasikan dengan antituberkulosis lain seperti INH atau Etambutol. Dengan antibiotika lain rifampisina tidak menunjukkan resistensi silang.

Indikasi:
Tuberkulosa, lepra

Kontraindikasi :
-     Hipersensitifitas terhadap Rifampisin
-     Penderita yang pernah diketahui menderita hepatitis akibat Rifampisin
-     Wanita hamil

Dosis:
-     Tuberkulosa : sebagai dosis tunggal.
Dewasa : 8-12 mg/kg berat badan atau 600 mg/hari.
Anak-anak : 10-20 mg/kg berat badan/hari.
Maksimal : 600 mg/hari.
Harus diberikan dalam kombinasi dengan obat-obat anti tuberkulosa lainnya.
-     Lepra : 450-600 mg sekali sehari dalam kombinasi dengan antilepra lain.

Peringatan dan Perhatian :
-     Pemberian Rifampisin kepada penderita-penderita dengan gangguan pada hati harus dilakukan dengan hati-hati.
-     Dianjurkan supaya sebelum dan selama pengobatan dilakukan tes terhadap fungsi hati.
-     Sebagai obat yang dapat melalui plasenta, Rifampisin tidak dianjurkan untuk dipakai wanita hamil.
-     Rifampisin atau metabolitnya dapat mewarnai air seni, tinja, air liur, dahak, keringat, dan air mata menjadi merah jingga.

Efek Samping :
-     Efek pada lambung-usus, fungsi hati abnormal, sakit kuning, reaksi demam dengan gejala-gejala seperti flu.
-     Perubahan pada fungsi ginjal dan gagal ginjal (akibat hipersensitifitas).
-     Reaksi kulit, eosinofilia, leukopenia, trombositopenia, purpura, hemolisis, syok.
-     Urin, dahak, air mata berwarna kemerah-merahan, pengotoran lensa kontak.

Isoniazid (INH)

 

Sediaan:
Tablet 300 mg

Cara Kerja Obat:
Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang disingkat dengan INH. Isoniazid secara in vitro bersifat tuberkulostatik (menahan perkembangan bakteri) dan tuberkulosid (membunuh bakteri). Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada lemak, biosintesis asam nukleat,dan glikolisis. Efek utamanya ialah menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terekstrasi oleh metanol dari mikobakterium. Isoniazid atau INH bekerja dengan menghambat sintesa asam mikolinat yang merupakan unsur penting pembentukan dindis sel mikobakterium tuberkulosis. Isoniazid aktif terhadap bakteri M. tuberculosis, M. bovis, dan beberapa strain M. kansasii.

Indikasi:
-     Pengobatan dan pencegahan tuberkulosis, dalam bentuk pengobatan tunggal maupun kombinasi dengan obat tuberkulosis lainnya.
-     Pengobatan infeksi mikobakterium non-tuberkulosis.

Kontraindikasi :
-     Penderita penyakit hati akut.
-     Penderita dengan riwayat kerusakan sel hati disebabkan terapi isoniazid.
-     Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap isoniazid.

Dosis:
Oral (bentuk injeksi dapat digunakan untuk pasien yang tidak dapat menggunakan sedían oral maupun karena masalah absorbsi)
1.  Bayi dan anak-anak :
-     Pengobatan pada LTBI (latent TB infection) : 10 – 20 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi (maksimal 300 mg/hari) atau 20 – 40 mg/kg (maksimal 900 mg/ dosis) dua kali seminggu selama 9 bulan
-     Pengobatan infeksi TB aktif :
Terapi  harian 10 – 15 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi (maksimal 300 mg/hari)
Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 20 – 30 mg/kg (maksimal 900 mg)
2.  Dewasa :
Pengobatan pada LTBI (latent TB infection) : 300 mg/hari atau 900 mg dua kali seminggu selama 6-9 bulan pada pasien yang tidak menderita HIV (terapi 9 bulan optimal, terapi 6 bulan berkaitan dengan penurunan biaya terapi) dan 9 bulan pada pasien yang Pengobatan infeksi TB aktif : Terapi harian 5 mg/kg/hari diberikan setiap hari (dosis lazim : 300 mg/hari); 10 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi  pada pasien dengan  penyakit yang telah menyebar. Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 5 mg/kg (maksimal 900 mg); terapi 3 kali/minggu : 15 mg/kg (maksimal 900 mg)

Peringatan dan Perhatian :
-     Hati-hati penggunaan Isoniazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati. Pada penderita gangguan fungsi ginjal dosis isoniazid perlu diturunkan.
-     Hati-hati penggunaan isoniazid pada penderita dengan riwayat psikosis, penderita dengan risiko neuropati (seperti diabetes melitus), alkoholisme, malnutrisi, dan penderita HIV.
-     Perlu dilakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum memulai terapi dan selama terapi perlu dilakukan monitor fungsi hati secara berkala.
-     Hati-hati penggunaan isoniazid pada ibu hamil dan ibu menyusui. Isoniazid diberikan bila manfaat pengobatan lebih besar dari pada risiko bagi ibu dan bayi.

Efek Samping :
Efek samping yang dapat terjadi diantaranya neuritis perifer, neuritis optik, reaksi psikosis, kejang, mual, muntah, kelelahan, gangguan pada lambung, gangguan penglihatan, demam, kemerahan kulit, dan defisiensi vitamin B (pyridoxine). Efek samping yang berpotensi fatal adalah hepatotoksisitas (gangguan dan kerusakan sel hati).
REFRENSI
- Data Obat Indonesia (DOI), Penerbit PT. Muliapurna Jayaterbit, 2008
- Data Obat Esensial Nasional (DOEN), Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008
- Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006
- Brosur dan kemasan (label) obat
- Berbagai sumber dari internet

 


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar