TRAUMA KIMIA MATA
Secara umum teruma kimia yang dapat memberika kerusakan pada mata dikenal dalam bentuk
- 1. Trauma alkali
- 2. Trauma asam
Trauma Alkali
Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada pH yang rendah alkali akan mengakibatkan persabunan disertai dengan disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat persabunan membrane sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut dari pada alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosit. Serat kolagen kornea akan menjadi bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edem kornea akan terdapat serbukan sel polimofonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan sel ini cenderung disertai dengan masuknya pembuluh darah baru atau neovaskularisasi. Akibat membrane sel basal epitel kornea rusak akan memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma di bawahnya. Sel epitel baru ini melekat dengan stroma di bawahnya melalui plasminogen activator. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen activator, dilepas juga kolagenase yang akan merusak kolagen kornea, sehingga terjadi tukak pada kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan tukak kornea dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 14 – 21. Biasanya tukak pada kornea terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan tukak berhenti hanya bila telah terjadi epiteliasasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup seluruh dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam COA maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan penting pada pembentuka jaringan kolagen kornea. Bila menembus bola mata dan merusak retina bias terjadi kebutaan.
Klasifikasi Thoft
Derajat 1: hiperemi konjungtiva disertai keratitis pungtata.
Derajat 2: hiperemi konjungtiva disertai hilangnya epitel kornea.
Derajat 3: hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea.
Derajat 4: konjungtiva perilimbal nekrosis sebanyak 50%.
Bahan alkali yang memberikan trauma:
1. Amonia
Ammonia merupakan gas yang tidak berwarna dipakai sebagai bahan pendingin lemari es, larutan 7% ammonia dipakai sebagai bahan pembersih. Mudah merusak jaringan bagian dalam mata seperti iris dan lensa. Ammonia merusak stroma lebih sedikit disbanding dengan NaOH dan CaOH. pH cairan mata naik beberapa detik setelah trauma.
2. NaOH
Dikenal dengan kaustik soda, dipakai sebagai pembersih pipa. pH cairan mata naik beberapa menit sesudah trauma.
3. Ca(OH)2
Daya tembus pada mata kurang, hal ini akibat terbentuknya sabun kalsium pada epitel kornea. pH cairan mata menjadi normal kembali sesudah 30 – 3 jam pasca trauma.
Pengobatan Trauma Alkali
- - Segera dilakukan irigasi dengan air selama 30 menit sebanyak 2000 ml; bila dilakukan irigasi lebih lama akan lebih baik.
- - Bila penyebabnya CaOH, dapat di beri EDTA karena EDTA 0.05 dapat bereaksi dengan CaOH yang melekat pada jaringan.
- - Diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis.
- - Perban mata pasien
Trauma Asam
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam.
Pengobatan Trauma Asam
- - Irigasi segera dengan cairan garan fisiologik atau air
- (Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali, sehingga tajam penglihatan tidak terganggu (pada konsentrasi yang tidak tinggi).
Diskusi:
- Apakah semua pasien dengan trauma kimia pada mata harus dilakukan irigasi? Jika kedaan kornea sudah parah apakah tindakan irigasi sia-sia?
Semua pasien dengan trauma kimia pada mata dalam bentuk padat, cair maupun gas, harus dilakukan penanganan dengan segera, karena kasus trauma kimia ini merupakan jenis kegawat daruratan. Irigasi mata pasien dengan cairan fisiologis atau dengan air ± 2000 cc. kemudia mata di perban, dan rujuk pada dokter mata terdekat. Lakukan tindakan yang bias dilakukan sebagai dokter umum.
Semua tindakan tidak sia-siajika tujuannya untuk menolong pasien. Irigasi perlu dilakukan dengan segera terutama pada trauma kimia alkali/basa karena jika tidak dilakukan irigasi bahan kimia baik asam atau basa akan terus menembus kornea dan bias sampai kedalam.
- Apakah pemberian siklopegi perlu pada pasien trauma kimia?
Pemberian siklopegi perlu pada pasien trauma kimia, misal midriatil. Gunanya untuk merelaksasikan dari spinter pada iris, dengan relaksasi spinter maka akan mengistirahatkan mata, untuk penyembuhannya.
Daftar Pustaka
Ilyas, S : Ilmu Penyakit Mata, ed. ketiga. Jakarta, FKUI, 2010: 271-273
Ilyas, S : Kedaruratan dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta, FKUI, 2005: 29-36
Radjamin R.K.T, Akmam S.M, Marsetio M, et al. Penyakit Lensa. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Perhimpunan Dokter Ahli mata Indonesia. Airlangga University Press. Surabaya ; 1999 :
http://id.wikipedia.org